Minggu, 27 November 2011

tempat wisata nganjuk tes

Nama Kelompok:
1) DIDIK GEMPUR B.P (09)
2) DUWI MAHENDRA (10)
3) EKA SARI (12)
4) TITIK MUNTIANI (36)


Wisata Roro Kuning Nganjuk – pengembangan yang sempurna

Seminggu yang lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung ke kota kelahiran saya di Nganjuk untuk menjenguk adik yang baru melahirkan. Acaranya adalah sepasaran sekaligus aqiqah. Di sela-sela kunjungan tersebut, pada hari Minggu sebelum saya balik ke Malang, saya menyempatkan diri untuk mampir di tempat wisata Roro Kuning, Bajulan Nganjuk.
Dulu sewaktu saya masih kecil, saya sering diajak Bapak ke sana dalam rangka perkemahan pramuka, dan waktu itu suasananya masih asri, air sungainya jernih sekali dan hutan belantaranya masih lebat. Saya terakhir ke sana adalah pada saat SMA kelas 3, sewaktu diklat Pecinta Alam di Gunung Wilis.
Ketika kemaren saya mampir ke sana, banyak sekali hal yang sudah berubah, mulai dari Pesanggrahan Panglima Besar Jendral Sudirman ke atas, yang dulunya hanya jalan setapak sampai ke lokasi Air Terjun Roro Kuning, berubah total menjadi aspal, dengan kanan kirinya dipadati tempat parkir.
Memang, Air Terjun Roro Kuning saat ini sudah menjadi salah satu andalan wisata di Kabupaten Nganjuk. Sehingga pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah setempat tampaknya dilakukan sesempurna mungkin.
Jarak lokasi dari pusat kota Nganjuk sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 17km. Namun karena tempat tinggal saya masih ke arah utara dari Kota Nganjuk, praktis perjalanan memakan waktu lebih dari 30 menit dengan menggunakan mobil xenia Li. Kalopun tidak menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum juga tersedia namun hanya pada jam-jam tertentu dan dengan kondisi yang penuh sesak (bahkan ada yang naik di atap angkot).
Begitu sampai di sana, ada loket tiket masuk, Rp 2000 per orang (dulu tidak ada). Setelah loket, saya tengok kanan, pesanggrahan Pak Dirman berubah total dan menjadi lebih wah, di sebelah selatannya, rumah Juru Kunci masih tetap seperti semula saat saya nginep di sana sepulang turun dari Gunung Wilis.
Spot pertama yang saya tuju adalah air terjunnya. Aliran air terjun sudah dibendung, sehingga tidak lagi alami dan jernih seperti dulu. Pembangunan infrastruktur juga dilakukan sesempurna mungkin, mulai dari kolam renang, fasilitas outbond, aula hiburan, tempat perkemahan, mushola sampai kios-kios warung di sekitar air terjun.
Setelah dari spot pertama, saya langsung ambil jalur kanan untuk menuju spot sungai sembari mencoba kamera dan filter baru untuk foto slow speed.
Karena keterbatasan waktu dan harus segera pulang ke Malang, saya hanya melewatkan waktu sekitar 2 jam di sana yang saya rasa sangat kurang karena kubangan tempat saya mandi di sungai dulu masih belum saya kunjungi, dan pesanggrahan Pak Dirman yang ada pancurannya juga belum saya kunjungi. Seminggu lagi saya ke Nganjuk dan saya akan kembali ke sana dengan target waktu yang lebih longgar dan berangkat agak lebih pagi agar matahari lebih bersahabat saat pemotretan.
Kesimpulan saya, jika pembaca mampir ke Kota Nganjuk, akan rugi jika tidak meluangkan waktu untuk mengunjungi obyek wisata ini.
Beberapa foto yang saya peroleh:
roro-kuning
roro-kuning1
roro-kuning2
roro-kuning3
roro-kuning4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar